Jogja - Ungaran (satu)
Kali ini
saya akan menjabarkan perjalanan saya dan komplotan saya berjalan-jalan di
Gunung Ungaran. Diselingi cerita-cerita disana-sini, bagaimana perjalanan kami
mulai dan kami akhiri.
Kenapa
menjabarkan ya? Kalau menjabarkan kan harus detil banget K
Berbagi pengalaman aja deh. Kisah ini dimulai beberapa minggu yang lalu, atau
beberapa bulan yang lalu lebih tepatnya. Bermula dari hobi kami (Saya, Silvi,
dan Bretus) membuat beragam wacana, maka munculah wacana untuk naik ke Gunung
Ungaran. Wacana sejak tahun lalu, akhirnya berhasil kami laksanakan tahun ini,
bulan ini. Sedih banget.. Emang suka gitu.. L
Minggu (pagi), 17 Januari 2016
Rencana
perjalanan hari ini adalah berangkat pagi karena nanti akan tilik bayi dulu di Magelang. Janjian jam
tujuh pagi berangkat, namun sampai jam tangan digital menampilkan angka 08.21
belum ada yang nampak batang motornya. Kecuali Tya, yang sudah nampak batang
hidungnya dari jam setengah tujuh tadi. Hvft.
Entah jam
sepuluh lebih sekian menit atau kurang sekian menit, akhirnya kami semua
berangkat (menuju Magelang)! Komplotan jahat kali ini ada Silvi, Bretus, Tya,
Gege, Lanang, dan saya tentu saja. Rute Jogja – Magelang yang kita pilih adalah
rute dalam lewat Godean, dengan harapan dan tujuan lebih cepat dan anti macet. Harapannya…
Tapi mereka semua lupa, bahwa ada saya di dalam rombongan. Nyasar adalah nama
tengahku, jalan sama saya tanpa nyasar? Hm ra
mungkin! K Walhasil kita nyasar-nyasar walaupun akhirnya
sampai Magelang juaaa. Wahahhahaha maapin yak! Tapi kan jadi seru nan berkesan
kalau ada adegan nyasar :p
Siang hari
menjelang dzuhur kita sudah sampai di rumah Baby Ica, tujuan kita menyambangi
kota Magelang. Baby Ica yang lucu nan menggemaskan ternyata masih bobok pagi
menjelang siang, maka bersabarlah kami. Padahal aku udah minta dibangunin, biar
nangis babynyaaaa fufuufufu… Setelah beberapa lama baby Ica bangun juga,
kemudian kita bermain bersama. Baby Ica nemplok banget pas tak pangku, mungkin
dia berpikir “Hmm, sofa baru nih, empuk juga. Ayah sama mama pintar juga
milihnya.” K
![]() |
baby Ica meruak kelaparan!!! |
Setelah
makan siang dan (agak) puas gangguin baby Ica kita pamit dan melanjutkan
perjalanan sesungguhnya menuju Gunung Ungaran.
Langit
mendung mengiringi perjalanan kita menuju utara. Alhasil hujan turun jua. Kita
menepi di toko sandal dan sepatu menunggu hujan reda. Tokonya besar, pinggir
jalan, dan kayaknya tiap hari pasang promo sandal murah gitu K
Setengah jam lebih kita meneduh disini, njuk akhirnya pada capek nungguin
hujan, yaudah, kita jalan lagi aja. Tapi kita dapet oleh-oleh kok dari toko
sandal ini, kacamata murah TIGA RIBU RUPIAH SAHAJA! HA HA HA!
![]() |
keliatan kan? 3000 ajah! |
Kurang lebih
satu jam, kita sudah memasuki kota Ambarawa. Mampir dulu di pasar, beli
sayur-mayur dan keperluan lain yang dibutuhkan. Sumpah ini pasar murah kale!
Sepuluh ribu rupiah boleh dapet lima jenis sayuran yang berbeda. LIMA! Saya
pilih satu bonggol besar brokoli, wortel, kentang, kacang kapri, dan.
Masing-masing per plastiknya dihargai dua ribu rupiah. Mana bisa di kota nemu
brokoli sebonggol gitu cuma dua ribu? Oh so heaven! Apalagi buah-buahannya,
alpukatnya ya ampun bikin ngiler. Nangka, delima, kelengkeng, semuanya
kelihatan seger banget, didukung hawa yang dingin! Bikin hasrat beli oleh-oleh.
Alhasil kita beli nangka karena nggak sanggup menahan para buah-buahan! I’m
gonna get you and I’m gonna (buy) eat you!!! Setelah puas berbelanja, kita cus
ke Ungaran lagi.
Perasaan
udah nggak enak nih, dari jalan raya aja jalannya aja udah njathil gini. Aspalnya itu
lho, munggaaaaah terus. Setelah
perjuangan bonceng mepet-mepet, kita berhasil sampai di basecamp Mawar jam enam
sore. Jalan masuk dari jalan raya bos, masya Allah nanjaknya nggak ada
selesainya. Ada sih, tapi ya gitu, anggap aja bonus. Kan, udah kayak di gunung
ada jalan bonusnya. Tanjakan terakhir sih, ya tetep yang paling-paling. Udah
pernah ada yang kesana? Well kan asoynya! K
15.50 Berangkat dari Secang.
17. 00 Sampai Pasar Ambarawa (?)
18.15 Tiba di Basecamp Mawar,
Gunung Ungaran.
*) Jalan nanjak, siapin gigi satu.
Mirip-mirip sama tanjakan menuju basecamp Wekas, gunung Merbabu.
*) Bayar
retribusi parkir 2000/ motor
*) Bayar
retribusi masuk 4000/ orang
*) Bayar pendaftaran dan pendakian – rupiah.
Lupa nggak tanya, waktu itu dibayarin.
*) Ada pondokan basecamp yang penuh dengan
coretan, udah jadi “house of fame” mungkin K
*) Kamar mandi tersedia dan cukup bersih.
*) Mushola tersedia.
Rest, makan,
sholat, nyangkem, ngluruske sikil.
Diatas basecamp persis ada camping ground,
kita bisa milih mau nerusin perjalanan atau sekedar camping disitu aja. Pemandangan sudah cukup oke menurut saya, plus
ada warung yang jual makan dan minum buat yang mau gampang-enak. Kita aja
mampir warung dulu sebelum memulai pendakian, makan-makan dulu buat yang mau
isi perut. Ngobrol sana-sini sama yang punya warung, dan satu orang mas-mas
yang gagal munggah dan meracuni kita
untuk tinggal aja, nggak usah naik, nanti hujan katanya -_-
Selain
diracun untuk nggak usah naik, kita juga diracun untuk naik tapi via (mampir)
Promasan aja. Ada basecamp Mbah Min yang biasa jadi rujukan pendaki untuk
singgah enaaa. Kita lihat saja nanti, biasanya ada adegan suit untuk menentukan
tujuan (hidup) kita.
Setelah
berdoa kita berjalan tanpa suara. Mulailah perjalanan sunyi, hanya rapalan doa
dalam hati masing-masing yang ditujukan untuk Gusti, semoga perjalanan kali ini
pun diberkahi dan kami semua diberi keselamatan dan keutuhan sampai pulang rumah
masing-masing. Puncak bukan tujuan, nggak muncak adalah pilihan. Muehehehehek.
Perjalanan
dari POS I, Air Terjun, dan POS II nggak begitu sulit. BONUS. Jalannya datar,
menyusuri punggungan bukit, enak-enak aja gitu. Jalannya agak sedikit njathil setelah air terjun, lumayan
nanjak, but it’s okay, karena jalan
datar berkelok menyambut kita sepanjang lebih dari satu jam. Oh iya, sewaktu
kita mendaftar di basecamp, kita akan dibekali peta (dan iklan) rute pendakian.
Jadi, jangan khawatir tersesat karena peta yang diberikan cukup informatif.
*) Pas di air terjun tadi ada gitu temen kita
yang penasaran pingin minum airnya, saking pencinta alamnya mungkin, ya. Minumlah
ia… Kemudian tak jauh kita melihat ada cahaya senter, tapi posisinya lebih
tinggi, tapi posisinya lagi jongkok (kayaknya gitu, anggap aja gitu) kalau
jongkok, bisa kita asosiasikan kalau doi sedang……..
Ih,
ada yang minum air TAI! Muahahahhahaaaa!! Hmmmpfft. Sabar ya, lain kali dibales
aja nggakpapa.
*) Rute kita: POS I, Air Terjun, POS II, Kolam
Renang, Kebun Kopi, Kebun Teh, Promasan, POS Bukaan, Puncak.
Dibaca pakai nada Dora, ya..
Oke, POS I – Air Terjun – POS II sudah kita
lalui, berarti habis ini kolam renang. Serius kolam renang? Iya K
Kok bisa? Ya bisa aja. Sok atuh kalau mau renang sama kodok-kodok. Selain jadi
tempat pendakian, gunung Ungaran juga digunakan sebagai tempat latihan militer.
Nah, kolam renang ijo itu mungkin bagian dari sarana pelatihan tentara-tentara
tersebut. *) Informasi dihimpun dari ngobrol sama Mas Ambon di warung. Setelah
kolam renang, kita akan menemui persimpangan Gebugan, lalu kebun kopi, kebun
teh, dan persimpangan Puncak – Promasan. Rute manakah yang akan kita pilih? Camp dibawah puncak, ataukah berbelok
menuju pantai? Eh, Promasan? Mana hayooooo..
...kemudian bersambung
Komentar
Posting Komentar